facebook

Rabu, 29 Februari 2012

KEGIATAN KKN PAR MADIN 2011/2012

Kegiatan KKN PAR Mahasiswa Program Madin Angkatan 1 STAIN Jember telah resmi dimulai kegiatannya pada tgl tanggal 22 Desember 2011 sampai dengan tanggal 26 Januari 2012 kemaren . KKN PAR Mahasiswa Program Madin Angkatan 1 STAIN Jember ini dilepas oleh Ketua STAIN JEMBER Bpk Prof.Dr.Khusnuridlo,M.Pd sekitar Pukul 09.00 wib dihalaman STAIN Jember untuk menuju Desa Tamansari Kecamatan Mumbulsari Jember.Sebelum acara pelepasan itu dimulai,maka terlebih dahulu diawali dengan pembacaan basmalah bersama-sama yang dipimpin oleh Bpk.Dayat, kemudian pengarahan oleh Kepala P3M STAIN Jember Bpk Moch.Chotib,MM tentang KKN Berbasis PAR (Participantory Action Reseach (PAR) dan Participatory Rural Appraisal (PRA)

Acara pelepasan tersebut berlangsung sangat meriah dan hikmad. Dalam sambutannya beliau (Bpk Chusnu Ridlo) berharap agar Mahasiswa Program Madin angkatan 1 STAIN Jember ini menjaga nama baiknya terutama nama baik STAIN berangkat utuh dan pulang utuh berangkat dengan jumlah 29 orang dan pulang dengan 29 orang juga, tidak kurang dan tidak lebih yang kemudian disambut gelak dan tawa serta tepuk tangan yang meriah oleh para mahasiswa dan seluruh dosen dan DPL yang hadir pada acara tersebut.

Sekitar Pukul 10.20 wib peserta KKN dengan mengendarai Bus STAIN tiba di Kantor Kecamatan Mumbulsari untuk mengikuti acara serah terima KKN kepada Muspika Mumbulsari. Dalam penyerahan tersebut Peserta KKN ini di serahkan oleh PK 3 STAIN Bidang Kurikulum yaitu Bpk Drs.Faisol Nasar Bin Madi,MA kepada pihak kecamatan. Penyerahan KKN PAR Mahasiswa Program Madin Angkatan 1 STAIN Jember tersebut kemudian diterima dengan baik oleh camat Mumbulsari yang diwakili oleh Sekcamnya (Hendro Lukito), dalam sambutannya beliau menyampaikan banyak terima kasih kepada Pihak STAIN Jember karena diwilayah kecamatan Mumbulsari ditempati KKN,karena sudah bisa dipastikan akan adanya perubahan positif bagi warganya berkat kehadiran Mahasiswa KKN.

Setelah acara penerimaan di Kecamatan selesai maka para Mahasiswa dan Mahasiswi Madin ini meninggalkan kantor kecamatan untuk menuju Desa Tamansari untuk diserahkan kepada kepala Desa Tamansari yaitu Bapak Sutikno Namun Beliau tidak hadir karena ada acara di Surabaya. Acara penyerahan ini diterima oleh Sekdes desa Tamansari yaitu Bpk. Abdu Aziz, beliau menyampaikan apresiasi yang sedalam-dalamnya atas kehadiran peserta KKN, pihak pemerintah desa siap membantu apapun yang di butuhkan oleh peserta KKN.

Setelah acara selesai maka rombongan mahasiswa ini langsung berangkat menuju ke poskonya masing-masing, dari jumlah 29 mahasiswa tersebut sebelumnya sudah di bagi menjadi 3 kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 10 orang dan 9 orang yang diterjunkan ke 3 dusun Desa Tamansari yaitu Dusun Krajan, Dusun Gudang dan Dusun Perbalan. Bersambung…

Sabtu, 25 Februari 2012

JALAN MENUJU SURGA


Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu... Bismillaahirrohmaanirrohiim .... Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya.

 "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.[Ali ‘Imran: 102] “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan Nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” [An-Nisaa': 1] “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia menang dengan kemenangan yang besar.” [Al-Ahzaab: 70-71] Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur-an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam (As-Sunnah). Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama), setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka. Amma ba’du: Kepada saudara-saudaraku seiman dan se’aqidah... Mensyukuri nikmat-nikmat Allah adalah wajib hukumnya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” [Al-Baqarah: 153] Juga firman-Nya: “Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” [Ibrahim : 34]

 Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan bahwa manusia sangat zhalim dan sangat kufur karena mereka tidak mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada mereka. Di antara nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah nikmat Islam, iman, rizki, harta, umur, waktu luang, dan kesehatan untuk beribadah kepada Allah dengan benar dan untuk menuntut ilmu syar’i. Manusia diberikan dua kenikmatan, namun banyak di antara mereka yang tertipu. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.”[1] Banyak di antara manusia yang tidak mengguna-kan waktu sehat dan waktu luangnya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak gunakan untuk belajar tentang Islam, tidak ia gunakan untuk menimba ilmu syar’i. Padahal dengan menghadiri majelis taklim yang mengajarkan Al-Quran dan As-Sunnah menurut pemahaman para Shahabat, akan bertambah ilmu, keimanan, dan ketakwaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga dapat menambah amal kebaikannya. Semoga melalui majelis taklim yang kita kaji dari kitab-kitab para ulama Salaf, Allah memberikan hidayah kepada kita di atas Islam, ditetapkan hati dalam beriman, istiqamah di atas Sunnah, serta diberikan hidayah taufik oleh Allah untuk dapat melaksanakan syari’at Islam secara kaffah (menyeluruh) dan kontinyu hingga kita diwafatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan mentauhidkan Allah dan melaksanakan Sunnah.

Semoga Allah senantiasa memudahkan kita untuk selalu menuntut ilmu syar’i, diberikan kenikmatan atasnya, dan diberikan pemahaman yang benar tentang Islam dan Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih. Seorang Muslim tidak akan bisa melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali dengan belajar Islam yang benar berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih. Agama Islam adalah agama ilmu dan amal karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam diutus dengan membawa ilmu dan amal shalih. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” [Al-Fat-h: 28] Yang dimaksud dengan al-hudaa (petunjuk) dalam ayat ini adalah ilmu yang bermanfaat. Dan yang dimaksud dengan diinul haqq (agama yang benar) adalah amal shalih. Allah Ta’ala mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjelaskan kebenaran dari kebatilan, menjelaskan Nama-Nama Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, hukum-hukum dan berita yang datang dari-Nya, serta memerintahkan untuk melakukan segala apa yang bermanfaat bagi hati, ruh, dan jasad.

 Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyuruh ummat-nya agar mengikhlaskan ibadah semata-mata karena Allah Ta’ala, mencintai-Nya, berakhlak yang mulia, beradab dengan adab yang baik dan melakukan amal shalih. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang ummatnya dari perbuatan syirik, amal dan akhlak yang buruk, yang berbahaya bagi hati, badan, dan kehidupan dunia dan akhiratnya. [2] Cara untuk mendapat hidayah dan mensyukuri nikmat Allah adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Menuntut ilmu adalah jalan yang lurus untuk dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil, Tauhid dan syirik, Sunnah dan bid’ah, yang ma’ruf dan yang munkar, dan antara yang bermanfaat dan yang membahayakan. Menuntut ilmu akan menambah hidayah serta membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

 Seorang Muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha untuk memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam. Karena itulah menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi. [1]. Menuntut Ilmu Syar’i Wajib Bagi Setiap Muslim Dan Muslimah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”[3] Imam al-Qurthubi rahimahullaah menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu terbagi dua: Pertama, hukumnya wajib; seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, dan puasa. Inilah yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib. Kedua, hukumnya fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu tentang pembagian berbagai hak, tentang pelaksanaan hukum hadd (qishas, cambuk, potong tangan dan lainnya), cara mendamaikan orang yang bersengketa, dan semisalnya. Sebab, tidak mungkin semua orang dapat mempelajarinya dan apabila diwajibkan bagi setiap orang tidak akan mungkin semua orang bisa melakukannya, atau bahkan mungkin dapat menghambat jalan hidup mereka. Karenanya, hanya beberapa orang tertentu sajalah yang diberikan kemudahan oleh Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya. Ketahuilah, menuntut ilmu adalah suatu kemuliaan yang sangat besar dan menempati kedudukan tinggi yang tidak sebanding dengan amal apa pun.[4] [2].

Menuntut Ilmu Syar’i Memudahkan Jalan Menuju Surga Setiap Muslim dan Muslimah ingin masuk Surga. Maka, jalan untuk masuk Surga adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Sebab Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) atas orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya.” [5] Di dalam hadits ini terdapat janji Allah ‘Azza wa Jalla bahwa bagi orang-orang yang berjalan dalam rangka menuntut ilmu syar’i, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju Surga.

 “Berjalan menuntut ilmu” mempunyai dua makna: Pertama : Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki menuju majelis-majelis para ulama. Kedua : Menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu seperti menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca, menela’ah kitab-kitab (para ulama), menulis, dan berusaha untuk memahami (apa-apa yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang dapat mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu syar’i. “Allah akan memudahkan jalannya menuju Surga” mempunyai dua makna. Pertama, Allah akan memudah-kan memasuki Surga bagi orang yang menuntut ilmu yang tujuannya untuk mencari wajah Allah, untuk mendapatkan ilmu, mengambil manfaat dari ilmu syar’i dan mengamalkan konsekuensinya. Kedua, Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga pada hari Kiamat ketika melewati “shirath” dan dimudahkan dari berbagai ketakutan yang ada sebelum dan sesudahnya. Wallaahu a’lam.•

 Juga dalam sebuah hadits panjang yang berkaitan tentang ilmu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.”[6] Jika kita melihat para Shahabat radhiyallaahu anhum ajma’in, mereka bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu syar’i.

Bahkan para Shahabat wanita juga bersemangat menuntut ilmu. Mereka berkumpul di suatu tempat, lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mendatangi mereka untuk menjelaskan tentang Al-Qur-an, menelaskan pula tentang Sunnah-Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala juga memerintahkan kepada wanita untuk belajar Al-Qur-an dan As-Sunnah di rumah mereka. Sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan, "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyyah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu dengan sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan al-Hikmah (Sunnah Nabimu).

Sungguh, Allah Mahalembut, Maha Menge-tahui.” [Al-Ahzaab: 33-34] Laki-laki dan wanita diwajibkan menuntut ilmu, yaitu ilmu yang bersumber dari Al-Qur-an dan As-Sunnah karena dengan ilmu yang dipelajari, ia akan dapat mengerjakan amal-amal shalih, yang dengan itu akan mengantarkan mereka ke Surga. Kewajiban menuntut ilmu ini mencakup seluruh individu Muslim dan Muslimah, baik dia sebagai orang tua, anak, karyawan, dosen, Doktor, Profesor, dan yang lainnya. Yaitu mereka wajib mengetahui ilmu yang berkaitan dengan muamalah mereka dengan Rabb-nya, baik tentang Tauhid, rukun Islam, rukun Iman, akhlak, adab, dan mu’amalah dengan makhluk. [3]. Majelis-Majelis Ilmu adalah Taman-Taman Surga Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga, perbanyaklah berdzikir.”

Para Shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu?” Beliau menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).” [7] ‘Atha' bin Abi Rabah (wafat th. 114 H) rahimahullaah berkata, “Majelis-majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis-majelis halal dan haram, bagaimana harus membeli, menjual, berpuasa, mengerjakan shalat, menikah, cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya.” [8] Ketahuilah bahwa majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis ilmu, majelis yang di dalamnya diajarkan tentang tauhid, ‘aqidah yang benar menurut pemahaman Salafush Shalih, ibadah yang sesuai Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, muamalah, dan lainnya. Buku yang ada di hadapan pembaca merupakan buku “Panduan Menuntut Ilmu”.

 Di antara yang penulis jelaskan di dalamnya adalah keutamaan menuntut ilmu, kiat-kiat dalam meraih ilmu syar’i, penghalang-penghalang dalam memperoleh ilmu, adab-adab dalam menuntut ilmu, hal-hal yang harus dijauhkan oleh para penuntut ilmu, perjalanan ulama dalam menuntut ilmu, dan yang lainnya. Penulis jelaskan masalah menuntut ilmu karena masalah ini sangatlah penting. Sebab, seseorang dapat memperoleh petunjuk, dapat memahami dan mengamalkan Islam dengan benar apabila ia belajar dari guru, kitab, dan cara yang benar. Sebaliknya, jika seseorang tidak mau belajar, atau ia belajar dari guru yang tidak mengikuti Sunnah, atau melalui cara belajar dan kitab yang dibacakan tidak benar, maka ia akan menyimpang dari jalan yang benar.

 Para ulama terdahulu telah menulis kitab-kitab panduan dalam menuntut ilmu, seperti Imam Ibnu ‘Abdil Barr dengan kitabnya Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, Imam Ibnu Jama’ah dengan kitabnya Tadzkiratus Samii’, begitu pula al-Khatib al-Baghdadi yang telah menulis banyak sekali kitab tentang berbagai macam disiplin ilmu, bahkan pada setiap disiplin ilmu hadits beliau tulis dalam kitab tersendiri. Juga ulama selainnya seperti Imam Ibnul Jauzi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (dalam Majmuu’ Fataawaa-nya dan kitab-kitab lainnya), Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (dalam kitabnya Miftaah Daaris Sa’aadah dan kitab-kitab lainnya), dan masih banyak lagi para ulama lainnya hingga zaman sekarang ini, seperti Syaikh bin Baaz, Syaikh al-Albani, dan Syaikh al-‘Utsaimin rahimahumullaah.

 Dalam buku ini, penulis berusaha menyusunnya dari berbagai kitab para ulama terdahulu hingga sekarang dengan harapan buku ini menjadi panduan agar memudahkan kaum Muslimin untuk menuntut ilmu, memberikan semangat dalam menuntut ilmu, beradab dan berakhlak serta berperangai mulia yang seharusnya dimiliki oleh setiap penuntut ilmu. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca sekalian, serta bagi kaum Muslimin. Mudah-mudahan amal ini diterima oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala dan menjadi timbangan amal kebaikan penulis pada hari Kiamat. Dan mudah-mudahan dengan kita menuntut ilmu syar’i dan mengamalkannya, Allah ‘Azza wa Jalla akan memudahkan jalan kita untuk me-masuki Surga-Nya. Aamiin. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpah-kan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para Shahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan kebaikan hingga hari Kiamat.

 [Disalin dari Muqaddimah buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M] ___________ Foote Notes [1]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6412), at-Tirmidzi (no. 2304), Ibnu Majah (no. 4170), Ahmad (I/258,344), ad-Darimi (II/297), al-Hakim (IV/306), dan selainnya dari Shahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma. [2]. Lihat kitab Taisiir Karimir Rahmaan fii Tafsiir Kalaamil Mannaan (hal. 295-296) karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di (wafat th. 1376 H) rahimahullaah, cet. Muassasah ar-Risalah, th. 1417 H. [3]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 224), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 3913). Diriwayatkan pula oleh Imam-imam ahli hadits yang lainnya dari beberapa Shahabat seperti ‘Ali, Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas’ud, Abu Sa’id al-Khudri, dan al-Husain bin ‘Ali radhiyallaahu ‘anhum [4]. Lihat Tafsiir al-Qurthubi (VIII/187), dengan diringkas. Tentang pembagian hukum menuntut ilmu dapat juga dilihat dalam Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi (I/56-62) oleh Ibnu ‘Abdil Barr. [5]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2699), Ahmad (II/252, 325), Abu Dawud (no. 3643), At-Tirmidzi (no. 2646), Ibnu Majah (no. 225), dan Ibnu Hibban (no. 78-Mawaarid), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Lafazh ini milik Muslim. • Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam (II/297) dan Qawaa’id wa Fawaa-id minal Arba’iin an-Nawawiyyah (hal. 316-317). [6]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (V/196), Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223), dan Ibnu Hibban (no. 80 al-Mawaarid), lafazh ini milik Ahmad, dari Shahabat Abu Darda’ radhiyallaahu ‘anhu. [7]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3510), Ahmad (III/150) dan lainnya, dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.” Lihat takhrij lengkapnya dalam Silsilah ash-Shahiihah (no. 2562). [8]. Disebutkan oleh al-Khatib al-Baghdadi dalam al-Faqiih wal Mutafaqqih (no. 40). Lihat kitab al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 132). Kamis, 27 Desember 2007 02:50:27 WIB MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA Oleh :Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas http://www.almanhaj.or.id/content/2307/slash/0

MAKNA NU DAN LAMBANGNYA

Nahdlatul Ulama adalah merupakan jam’iyah yang didirikan di Kertopaten, Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M. Pertemuan itu, dihadiri oleh ulama se Jawa dan Madura dan diprakarsaA
i oleh K.H. Abdul Wahab Hasbullah yang sekaligus sebagai tuan rumah. 

 Lambang Dalam Anggaran Dasar NU, Pasal 4, disebutkan “Lambang Nahdlatul Ulama berupa gambar bola dunia yang dilingkari tali tersimpul, dikitari oleh 9 (sembilan) bintang, 5 (lima) bintang terletak melingkari di atas n-u-lambanggaris katulisitiwa, yang terbesar diantaranya terletak di tengah atas, sedang 4 (empat) bintang lainnya terletak melingkar di bawah katulisitiwa, dengan tulisan NAHDLATUL ULAMA dalam huruf Arab yang melintang dari sebelah kanan bola dunia ke sebelah kiri, semua terlukis dengan warna putih di atas dasar hijau.” Arti Lambang 

 a. Gambar bola dunia melambangkan tempat hidup, tempat berjuang, dan beramal di dunia ini dan melambangkan pula bahwa asal kejadian manusia itu dari tanah dan akan kembali ke tanah.

b. Gambar peta pada bola dunia merupakan peta Indonesia melambangkan bahwa Nahdlatul Ulama dilahirkan di Indonesia dan berjuang untuk kejayaan Negara Republik Indonesia. 

c. Tali yang tersimpul melambangkan persatuan yang kokoh, kuat; Dua ikatan di bawahnya merupakan lambing hubungan antar sesama manusia dengan Tuhan; Jumlah untaian tali sebanyak 99 buah melambangkan Asmaul Husna. 

 d. Sembilan bintang yang terdiri dari lima bintang di atas garis katulistiwa dengan sebuah bintang yang paling besar terletak paling atas, melambangkan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat manusia dan Rasulullah; Empat buah bintang lainnya melambangkan kepemimpinan Khulaur Rasyidin yaitu Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Empat bintang di garis katulisitiwa melambangkan empat madzab yaitu Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali. Jumlah bintang sebanyak 9 (sembilan) melambangkan sembilan wali penyebar agama Islam di pulau Jawa. 

 e. Tulisan Arab “Nahdlatul Ulama” menunjukkan nama dari organisasi yang berarti kebangkitan ulama. Tulisan Arab ini juga dijelaskan dengan tulisan NU dengan huruf latin sebagai singkatan Nahdlatul Ulama. f. Warna hijau dan putih warna hijau melambangkan kesuburan tanah air Indonesia dan warna putih melambangkan kesucian. Sumber : 1) Anggaran Dasar NU 2) Pendidikan Aswaja/Ke-NU-an Jilid I, Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jatim.

BERPEGANGLAH PADA TALI ALLAH


Wahai saudaraku seiman dan seislam, betapa banyak saudara-saudara kita telah mati dengan sia-sia ,mayat-mayat mereka tidak lebih berharga dari anjing dan babi, darah mereka mengalir tiada guna hanya karena perbedaan sebuah nama dan golongan. Golongan yang satu mengkafirkan pada golongan yang lain begitu pula sebaliknya golongan yang lain mengkafirkan pada golongan yang mengkafirkannya, mereka saling mengkafirkan dan saling menyerang baik lewat argument, pendapat, statement, tulisan dan lain-lain, bahkan tidak jarang dengan peperangan fisik dan pertumpahan darah tanpa ada kesudahannya. Mereka terjebak pada perbedaan yang mengarah pada disintegrasi ummat.
Wahai saudaraku seiman dan seislam, ingatlah firman Allah swt
واعتصموا بحبل الله جميعا ولاتفرقوا
dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai (QS.Ali Imron 103).
Banyak dari kaum muslimin tidak menyadari bahwa mereka telah diikat dengan tali Allah agar supaya menjadi ummat yang kuat dan kokoh. bila bercerai berai maka konsekuensinya sangat riskan sekali, mereka akan menjadi ummat yang lemah dan binasa sebagaimana mafhum yang tersirat dari ayat tersebut diatas.
Wahai saudaraku seiman dan seislam, Jadikanlah perbedaan itu seperti pelangi yang indah yang tampil menawan dan menakjubkan dengan segala warna-warninya yang penuh pesona begitu juga dengan perbedaan, janganlah suatu perbedaan dijadikan jurang pemisah dan jarak yang jauh antara yang satu dengan yang lain, antara satu golongan dengan golongan yang lain hanya karena beda nama dan beda istilah,beda lambang dan bendera, namun harus tetap selalu berdampingan dan berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahakan seperti pelangi yang tampil indah dan menakjubkan.
Wahai saudaraku seiman dan seislam, Bila antum dihadapkan pada dua pilihan antara daging sapi capnya babi dan daging babi capnya sapi maka antum pilih yang mana? Tentunya bila antum cerdas antum akan memilih yang pertama bukan ! yaitu daging sapi capnya babi dari pada daging babi capnya sapi karena isi lebih penting dari pada kulit, namun bukan berarti sebuah nama atau istilah disini tidak penting, penulis hanya sekedar memaparkan sebuah contoh saja agar lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti tentang esensi kebenaran itu sendiri ketimbang sekedar tertarik pada label atau merk saja, sedangkan isi dan kualitasnya jelek atau palsu. Label atau merk yang bagus dan ditunjang dengan isi dan kualitas yang baik adalah lebih diutamakan. Begitu pula dengan nama-nama dan golongan-golongan serta manhaj-manhaj dalam islam. maka yang kita pilih adalah manhaj yang berpegang teguh pada tali Allah yaitu al Qur’an dan al Hadist. Beristimbath dengan keduanya menimbang dengan keduanya dan bersepakat dengan keduanya.
Wahai saudaraku seiman dan seislam, Dari paparan diatas, ana tidak berpendapat bahwa semua golongan atau aliran itu semuanya benar ,atau ana mengatakan semua golongan atau aliran semuanya salah, yang benar hanya satu manhaj atau satu madzhab saja. lebih-lebih ana mengatakan madzhab analah yang paling benar, ana tidak bersikap fanatik dalam hal ini, tetapi menurut ana kebenaran itu bersifat relatife tergantung dari sisi mana ia menilai dan memandang. Kebenaran haqiqi hanyalah milik Allah swt Penilaian tentang islam secara objektif dilihat dari berbagai sisi yang kompleks dan komplit adalah lebih adil dan bijaksana sehingga kita bisa mendapatkan kesimpulan yang benar, paling tidak mendekati pada kebenaran dan tidak memandang sempit dan dangkal tentang islam.
Wahai saudaraku seiman dan seislam, Hadist riwayat Turmudzi yang menyatakan bahwa umat islam akan terpecah menjadi 73 golongan. Semua akan masuk neraka kecuali satu golongan, yakni golongan yang mengikuti jejak nabi saw dan para sahabatnya ( Ahlussunnah Wa al Jamaah) adalah shoheh dan hasan bukan hadist dhoif atau maudhu’ yang dibuat-buat untuk kepentingan madzhab tertentu atau untuk memecah belah persatuan Islam, ana kira tidak ada yang keliru dengan hadits itu dan tidak perlu diragukan lagi kebenarannya karena hadist tersebut tergolong mutawatir. Namun yang keliru adalah cara menginterpretasikannya oleh sebagian kalangan dan aliran, dimana mereka saling berebut dan mengaku dirinya sebagai satu golongan yaitu golongan Ahlussunnah Wa al Jamaah dan menjadikannya sebagai dalil dan hujjah untuk mendiskreditkan bahkan mengkafirkan semua golongan lainnya karena menganggap dirinyalah yang paling benar tanpa melihat esensi Ahlussunnah itu sendiri . Menurut Penulis disinilah pangkal pertikaian dan permusuhan yang mengarah pada disintegrasi ummat.
Wahai saudaraku seiman dan seislam, Perlu diketahui bahwa dalam hadist tersebut yang menyatakan “hanya satu golongan إلا ملة واحدة”, menurut ilmu nahwu millatan wahidatan kedudukannya menjadi mustastna ( yang dikecualikan) sedangkan bentuk katanya memakai isim nakiroh (umum) bukan makrifat (tentu). Jadi karena millatan wahidatan memakai isim nakiroh maka fungsinya bersifat umum, maka bisa diartikan bahwa siapa saja yang berpegang teguh pada al Qur’an ,sunnah nabi dan sunnah khulafaurrosyidin adalah termasuk pada golongan yang satu (millatan wahidatan) yaitu Ahlussunnah Waljamaah. Redaksi hadist tersebut selengkapnya sebagaimana berikut ini :
عن عبد الله بن عمرو قال.قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن بنى إسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين ملة وتفرقت أمتى على ثلاث وسبعين ملة كلهم فى النارإلا ملة واحدة قالوا ومن هي يارسول الله؟ قال ما أنا عليه وأصحابى (سنن الترمذى.رقم 2565)
Dari Abdullah bin Amr,ia berkata.Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya kaum Bani Israil telah terpecah belah menjadi 72 golongan dan ummatku terpecah belah menjadi 73 golongan Semuanya akan masuk neraka,kecuali satu golongan.Lalu sahabat bertanya ,Siapa mereka itu wahai Rasulullah? Nabi saw menjawab “(Golongan itu adalah orang-orang yang berpegangan pada) semua perbuatan yang dikerjakan oleh sahabat-sahabatku.(Sunan al-Tirmidzi).
!!!!!